Selasa, 16 Desember 2014

Memahami Lukisan : The Two Fridas (Frida Kahlo)

"The Two Fridas" karya Frida Kahlo (1939)


Kita berdua adalah satu
Kita sama-sama sekarat
Kita sama-sama menderita
Tapi kau lebih beruntung dengan cinta itu
Lihatlah diriku,
Lihatlah bagaimana maut mempermainkanku
Aku tak mau mati
Aku pun tak mau menderita lebih lama
Jika saja aku punya cinta seperti milikmu
Maka penderitaan ini tak akan ada artinya

             

            Frida Kahlo melukis dirinya menjadi 2 karakter pada lukisan ini. Karakter pertama yang di sebelah kanan adalah Frida Meksiko yang mengenakan kostum Tehuana. Di tangan kirinya, Frida Meksiko memegang sebuah jimat yang berisi potret Diego Rivera (suami Frida Kahlo yang juga seorang pelukis Meksiko). Frida melambangkan karakternya ini sebagai karakter yang dicintai Diego. Ini bisa dilihat dari jantungnya yang masih utuh dan juga jimat yang dipegangnya.
                Karakter kedua yang disebelah kiri adalah Frida Eropa yang mengenakan gaun pengantin Victoria yang berenda. Di tangan kanannya dia memegang klem (alat penjepit yang dipakai saat pembedahan). Karakter yang ini dilambangkan sebagai Frida “yang dicampakkan” oleh Diego Rivera.
                Maksud dari 2 karakter ini adalah menunjukkan darah kebangsaan Frida Kahlo. Seperti yang diketahui Ayah Frida adalah seorang fotografer berkebangsaan Jerman dan ibunya berkebangsaan Meksiko. Frida Meksiko melambangkan dirinya yang memiliki darah Meksiko, sedangkan Frida Eropa melambangkan dirinya yang berdarah Eropa. Frida Meksiko yang dilambangkan sebagai Frida “yang dicintai” mungkin berarti bahwa Diego Rivera lebih mencintai dirinya yang berdarah Meksiko. Sedangkan Frida Eropa “yang dicampakkan” berarti Diego Rivera tidak begitu menyukai darah Eropanya.
       Pada lukisan di atas terlihat kedua Frida saling berpegangan yang berarti mereka bersatu, merasakan hal yang sama, menghadapi masalah yang sama (penyakit kronis). Urat nadi dari kedua jantung mereka tersambung, juga menandakan bahwa mereka adalah satu dan tetap bersama. Ujung urat nadi yang lainnya terputus di sisi lainnya dan inilah yang menjadi masalah buat mereka. Mereka sekarat jika tidak menyumbatnya. Keadaan ini melambangkan diri Frida yang sesungguhnya yang memang sedang sekarat menghadapi berbagai penyakit fisiknya.
Yang membedakan keduanya adalah kondisi diri masing-masing. Frida Meksiko dengan jantung yang masih utuh telah berhasil menyumbat nadinya yang putus dengan bantuan sebuah jimat yang dipegangnya (ini berarti Frida Meksiko bisa bertahan dengan penyakit-penyakit kritisnya dengan bantuan cinta dari Diego). Sedangkan Frida Eropa, jantungnya mulai rusak. Dia juga berusaha menyumbat nadinya dengan bantuan klem, dan usahanya hanya sia-sia. (Frida dengan penyakit-penyakit kronisnya tetap sekarat walaupun sudah menjalani berbagai operasi).  Tak henti-hentinya darah bercucuran dari ujung nadinya yang putus. Ini adalah kondisi batin Frida saat tak lagi dicintai oleh suaminya, berusaha hidup yang membuatnya semakin sekarat.
Lukisan ini dibuat sesaat setelah Frida bercerai dari suaminya. Dia membandingkan dirinya sebelum dan setelah ditinggalkan oleh Diego Rivera. Dirinya sebelum ditinggalkan adalah Frida yang tegar, Frida yang kuat menghadapi penyakit-penyakit kronisnya. Sedangkan dirinya setelah ditinggalkan adalah Frida yang rapuh dan sekarat, bahkan berbagai macam operasi pun tak bisa menyelamatkannya dari penyakit kronisnya.

  
PAINS IN PAINTINGS
        Frida Kahlo adalah salah satu pelukis ternama yang berasal dari Meksiko. Karya-karyanya hampir semuanya terinspirasi oleh diri dan kehidupannya sendiri. Kebanyakan bercerita tentang tragedi dan rasa sakit yang dialaminya. “I’ll paint myself,” katanya, “because I am so often alone, because I am the subject I know the best.” (Saya akan melukis diriku sendiri, karena saya sangat sering sendiri, karena saya adalah subjek yang terbaik.)
      Frida Kahlo melukis dirinya dalam situasi-situasi yang mengenaskan. Rasa sakit fisik maupun mental yang dirasakannya dituangnya ke dalam lukisan. Frida menjelaskan rasa sakitnya itu dengan sangat sempurna, sehingga kita bisa memahami rasa sakitnya.
       Frida Kahlo menjalani kehidupan yang penuh rasa sakit. Pada usia 6 tahun, Frida terserang polio. Dia harus berbaring selama 9 bulan. Polio merusak kakinya hingga dia berjalan agak pincang.
Saat beranjak remaja, Frida pernah mengalami kecelakaan lalu lintas. Bus yang ditumpanginya bertabrakan dengan trem. Frida tertusuk pegangan baja pada pinggulnya hingga tembus ke belakang. Tentang ini Frida berkata, “The handrail pierced me as the sword pierces a bull.” (Pegangan menembus saya seperti pedang menembus banteng.) Pada masa pemulihannya, Frida mulai melukis. Dia menyelesaikan potret pertamanya pada tahun berikutnya, yang kemudian diberikan kepada Alejandro Gomez Arias, kekasihnya yang meninggalkannya saat itu.
Frida Kahlo bertemu kembali dengan Diego Rivera pada tahun 1928. Diego mendorong semangat melukis Frida, dan mereka pun memulai sebuah hubungan. Mereka menikah di tahun berikutnya. Mereka sering berpindah-pindah berdasarkan komisi yang diterima Diego.  Seiring waktu Diego mulai berubah. Dia sering berhubungan dengan wanita lain di belakang Frida, termasuk dengan adik Frida, Cristina. Menanggapi pengkhianatan keluarga ini, Frida kemudian memotong rambut hitam panjangnya.
Frida Kahlo juga telah mengalami beberapa kali keguguran. Pada tahun 1932, Frida mencurahkan rasa sakitnya dalam karyanya, Henry Ford Hospital, yang menceritakan tentang kisah kegugurannya yang kedua. Pada tahun 1934 dia keguguran lagi. Hingga pada tahun 1939 dia bercerai dengan Diego, dan mengungkapkan kesedihannya pada sebuah lukisan, The Two Fridas (lukisan yang dibahas di atas).
Anehnya, tak lama mereka bercerai, mereka kembali menikah pada tahun 1940. Namun pada pernikahan kedua ini mereka lebih banyak hidup terpisah. Pada tahun 1941, Frida kehilangan ayahnya tercinta dan mengidap beberapa penyakit kronis.
Pada tahun 1944, Frida melukis salah satu potretnya yang paling terkenal, The Broken Column. Dalam lukisan ini, Frida melukis dirinya setengah telanjang dan tubuhnya terbelah dari leher hingga bawah perut. Tulang punggungnya digambarkan seolah-olah tiang kolom yang rusak. Persis seperti penyakit fisik yang dialaminya saat itu, tulang punggungnya rapuh hingga harus memakai korset khusus untuk melindungi tulang punggungnya yang rapuh. Dia telah menjalani beberapa operasi dan perawatan medis untuk tulang punggungnya, tapi tidak ada yang benar-benar membantu menyembuhkannya.
Kondisi kesehatannya semakin memburuk pada tahun 1950. Saat itu, Frida didiagnosa adanya gangrene pada kaki kanannya. Dia harus berbaring dan tinggal di rumah sakit selama 9 bulan untuk menjalani serangkaian operasi. Tapi, hal itu tidak menggoyahkan semangatnya untuk melukis. Dia tetap melukis dan menghasilkan beberapa karya. Pada tahun 1953 dia mengadakan pameran tunggal di Meksiko. Meskipun dia memiliki keterbatasan, dia tetap hadir pada acara pembukaan pameran. Dia tiba dengan ambulans dan menyambut para peserta dengan tetap terbaring di ranjang.
       Beberapa bulan kemudian, Frida menjalani operasi lagi. Kali ini, dia harus merelakan kaki kanannya diamputasi untuk menghentikan penyebaran gangrene. Dengan kondisi yang semakin buruk, dia sangat tertekan. Bahkan kabarnya, dia mencoba untuk bunuh diri. Sekitar seminggu setelah ulang tahunnya yang ke-47, Frida Kahlo meninggal di Blue House (Casa Azul). Secara terbuka, dia dilaporkan meninggal karena emboli paru, tapi ada spekulasi yang mengatakan bahwa dia mungkin meninggal karena bunuh diri.



1 komentar: